Panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Provinsi yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah Kota Makassar.
Jumat, 21 Juni 2013
Minggu, 16 Juni 2013
Jumat, 14 Juni 2013
Anggaran Dipotong, Pengawasan Partisipatif Terancam Gagal
Badan Pengawas Pemilu – Ketua
Bawaslu Muhammad mengatakan bahwa salah satu alokasi anggaran Bawaslu
adalah untuk mengoptimalkan pengawasan partisipatif. Jika, anggaran jadi
dipotong maka pengawasan tersebut terancam gagal.
“Di
tempat saya ada 49 TPS, jika hanya ada satu PPL, maka gemporlah PPL
nya. Ini (anggaran ,-Red) memang harus didukung bagi Bawaslu,” ucapnya. [FS] sumber
“Jika
terjadi ‘kiamat kecil’ (anggaran dipotong ,-Red) , terpaksa beberapa
program partisipatif akan dikoreksi secara tajam,” ujar Muhammad di
depan Pimpinan dan Anggota Komisi II DPR RI, dalam RDP, di Jakarta, Rabu
(12/6).
Menurutnya,
sejauh ini Bawaslu sudah berupaya mengembangkan bentuk kerja sama
partisipatif dengan semua elemen, seperti ormas, media massa, dan
perguruan tinggi. Bahkan, rencananya Bawaslu akan merekrut mahasiswa
dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk menjadi mitra pengawas
Pemilu. Langkah tersebut juga sudah mendapat restu dari Presiden RI.
Namun,
terkait dengan pemotongan anggaran, Bawaslu harus memikirkan ulang
rencana tersebut. Padahal, langkah tersebut diyakini dapat menekan
tingkat pelanggaran. Bahkan, Bawaslu juga mengusulkan agar saksi parpol
di TPS ditiadakan dan diganti oleh Pengawas Pemilu.
“Kami
pernah diskusi dengan partai politik, jika menyiapkan saksi satu partai
bisa habis uang banyak. Saya usulkan ada pengawas pemilu yang menjadi
saksi semua partai, dan bertindak secara netral,” tutur Muhammad.
Sementara
itu, Anggota Komisi II DPR RI, Azhar Romli mendukung usulan Bawaslu
tersebut dan meminta agar DPR RI memperjuangkan anggaran Bawaslu agar
tidak dipotong. Bahkan, menurutnya harus ada tambahan dan diprioritaskan daripada yang lain.
Jumat, 07 Juni 2013
Bawaslu Minta Masyarakat Percaya Partai Politik
Badan Pengawas Pemilu
– Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) meminta masyarakat agar tidak apriori
terhadap partai politik peserta Pemilu, karena citra buruk parpol
dibuat oleh oknum partai dan bukan struktur parpol secara keseluruhan.
“Kita
ingin memastikan bahwa masyarakat tidak antipati terhadap parpol.
Parpol masih berada di jalan yang benar dan masih menerima aspirasi
masyarakat,” kata Ketua Bawaslu Muhammad, dalam pembukaan Seminar
Nasional Mewujudkan Pemilu 2014 Bersih, Berkualitas, dan Bermartabat, di
Surakarta, Rabu (5/6).
Seminar
Nasional Mewujudkan Pemilu 2014 Bersih, Berkualitas, dan Bermartabat
merupakan program Bawaslu dalam rangka melakukan sosialisasi pengawasan
Pemilu dan mempererat kerja sama dengan partai politik. Hadir dalam
kegiatan tersebut, seluruh partai politik peserta Pemilu 2014.
Lebih
lanjut menurut Muhammad, demokrasi di Indonesia akan mengalami
kehancuran jika masyarakat tidak lagi percaya pada partai politik.
Seperti yang diketahui, parpol merupakan kendaraan politik untuk
mencapai kekuasaan di Indonesia.
Oleh
karena itu, Bawaslu akan terus mengupayakan untuk bekerja sama dengan
parpol politik untuk membantu Bawaslu dalam melaksanakan pengawasan
Pemilu. Antara parpol satu dan parpol yang lainnya, dapat saling
mengawasi sehingga ada kondisi persaingan sehat antara peserta Pemilu.
Sementara
itu, Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Idam
Samawi mengakui bahwa memang ada masalah dalam oknum-oknum parpol yang
telah membuat citra buruk parpol secara keseluruhan. Namun, ia meminta
kepada masyarakat tidak menghakimi parpol atas tindakan tersebut.
“Yang busuk oknumnya, bukan parpolnya. Saya apresiasi Bawaslu yang mau bekerja sama dengan parpol,” tambahnya.
Politisi
Partai Golkar, Taufik Effendy mengatakan parpol memang menjadi
satu-satunya alat yang menyiapkan kadernya untuk menjadi wakil rakyat
dan pemimpin pada masa mendatang. Oleh karena itu, demokrasi di internal
partai harus dibangun terlebih dahulu sebelum beranjak pada politik di
nasional.
Ketua
Umum Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) Indonesia Sutiyoso
mengungkapkan bahwa penjaringan calon-calon yang akan duduk di parlemen
harus dilakukan dengan mengedepankan nilai integritas, kapasitas, dan
komitmen terhadap konstituen.
“Siapapun
yang terpilih untuk berkuasa nanti, tidak boleh melupakan konstituen
yang telah memilih dia. Jangan hanya memikirkan kepentingan pribadi
ataupun partainya,” tuturnya. [FS]
Langganan:
Postingan (Atom)