“Jika
terjadi ‘kiamat kecil’ (anggaran dipotong ,-Red) , terpaksa beberapa
program partisipatif akan dikoreksi secara tajam,” ujar Muhammad di
depan Pimpinan dan Anggota Komisi II DPR RI, dalam RDP, di Jakarta, Rabu
(12/6).
Menurutnya,
sejauh ini Bawaslu sudah berupaya mengembangkan bentuk kerja sama
partisipatif dengan semua elemen, seperti ormas, media massa, dan
perguruan tinggi. Bahkan, rencananya Bawaslu akan merekrut mahasiswa
dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk menjadi mitra pengawas
Pemilu. Langkah tersebut juga sudah mendapat restu dari Presiden RI.
Namun,
terkait dengan pemotongan anggaran, Bawaslu harus memikirkan ulang
rencana tersebut. Padahal, langkah tersebut diyakini dapat menekan
tingkat pelanggaran. Bahkan, Bawaslu juga mengusulkan agar saksi parpol
di TPS ditiadakan dan diganti oleh Pengawas Pemilu.
“Kami
pernah diskusi dengan partai politik, jika menyiapkan saksi satu partai
bisa habis uang banyak. Saya usulkan ada pengawas pemilu yang menjadi
saksi semua partai, dan bertindak secara netral,” tutur Muhammad.
Sementara
itu, Anggota Komisi II DPR RI, Azhar Romli mendukung usulan Bawaslu
tersebut dan meminta agar DPR RI memperjuangkan anggaran Bawaslu agar
tidak dipotong. Bahkan, menurutnya harus ada tambahan dan diprioritaskan daripada yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar